Kenal lebih dekat tentang Pekanbaru yok !!!
Sejarah
Kata pekan dalam bahasa Melayu dapat bermaksud pasar,
sehingga pekanbaru bermakna sebuah pasar baru. Perkembangan kota ini
pada awalnya tidak lepas dari pengaruh fungsi Sungai Siak sebagai
sarana transportasi dalam mendistribusikan hasil bumi dari kawasan daratan
tinggi Sumatera. Beberapa sejarahwan percaya Sriwijaya awalnya
berpusat di sekitar Candi Muara Takus dan kemungkinan kawasan yang
berada pada sehiliran aliran sungai Siak telah menjadi salah satu pelabuhan
dari kerajaan Sriwijaya. Sebuah ekspedisi militer Portugis pada tahun 1514 dikirim
menelusuri sungai Siak dengan tujuan menemui dan memastikan lokasi dari
kerajaan ini. Kota ini mulai menjadi pemukiman pada masa kesultanan Siak
Sri Indrapura, yaitu pada era kekuasaan Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah,
yang kemudian diteruskan oleh putranya Raja Muda Muhammad Ali.
Selanjutnya, pada tanggal 23 Juni 1784, berdasarkan musyawarah
datuk-datuk empat suku (Pesisir, Lima Puluh, Tanah Datar, dan Kampar), kawasan
ini dinamai dengan Pekanbaru. Berdasarkan SK Kerajaan, yaitu Besluit van
Her Inlanche Zelf Destuur van Siak No.1 tanggal 19 Oktober 1919,
Pekanbaru menjadi bagian dari Kesultanan Siak dengan sebutan distrik. Pada
tahun 1931, Pekanbaru dimasukkan ke dalam wilayah Kampar Kiri yang
dikepalai oleh seorang controleur yang berkedudukan di Pekanbaru dan
berstatus landschap sampai tahun 1940. Kemudian menjadi menjadi
ibukota Onderafdeling Kampar Kiri sampai tahun 1942. Setelah
pendudukan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, Pekanbaru
dikepalai oleh seorang gubernur militer yang disebut gokung. Kemudian,
berdasarkan Undang-undang nomor 22 tahun 1948, ditetapkan Kabupaten
Kampar dan kota Pekanbaru diberikan status kota kecil, dan menjadi kota
praja setelah keluarnya Undang-undang nomor 1 tahun 1957. Kota Pekanbaru
resmi menjadi ibu kota provinsi Riau pada tanggal 20 Januari 1959 berdasarkan
Kepmendagri nomor Desember 52/I/44-25 sebelumnya yang menjadi ibu kota
adalah Tanjung Pinang (kini menjadi ibu kota provinsi Kepulauan
Riau). Pada tahun 2005 dan 2006 kota ini memperoleh piala
Adipura untuk kota terbersih dengan kategori kota besar di Indonesia.
Kependudukan
Kota Pekanbaru merupakan kota dengan jumlah penduduk paling banyak di
provinsi Riau. Etnis Minangkabau merupakan masyarakat terbesar dengan
jumlah sekitar 37,7% dari seluruh penduduk kota. Mereka umumnya
sebagai pedagang dan telah menempatkan bahasa
Minang sebagai pengantar selain bahasa Melayu dan bahasa
Indonesia. Selain orang-orang Minang, perekonomian kota banyak dijalankan oleh
masyarakat Tionghoa. Beberapa perkebunan besar dan perusahaan ekspor-impor
banyak dijalankan oleh pengusaha-pengusaha Tionghoa. Sementara
etnis Melayu, Jawa dan Batak juga memiliki proporsi
yang besar sebagai penghuni kota ini.
Perekonomian
Kota Pekanbaru pada triwulan I 2010 mengalami mengalami peningkatan
inflasi sebesar 0.79%, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai
0.30%. Berdasarkan kelompoknya, inflasi terjadi hampir pada semua kelompok
barang dan jasa kecuali kelompok sandang dan kelompok kesehatan yang pada
triwulan laporan tercatat mengalami deflasi masing-masing sebesar 0.88% dan
0.02%. Secara tahunan inflasi kota Pekanbaru pada bulan Maret 2010 tercatat
sebesar 2.26%, terus mengalami peningkatan sejak awal tahun 2010 yaitu 2.07%
pada bulan Januari 2010 dan 2.14% pada bulan Februari 2010. Posisi Sungai
Siak sebagai jalur perdagangan bagi kota Pekanbaru, telah memegang peranan
penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekomoni kota ini. Penemuan cadangan minyak
bumi pada tahun 1939 memberi andil besar bagi perkembangan dan
migrasi penduduk dari kawasan lain. Sektor perdagangan dan jasa saat
ini menjadi andalan bagi kota Pekanbaru, yang terlihat dengan menjamurnya
pembangunan ruko pada jalan-jalan utama kota ini. Selain itu, muncul
beberapa pusat perbelanjaan modern, diantaranya: Plaza Senapelan, Plaza
Citra, Plaza Sukaramai, Mal Pekanbaru, Mal SKA, Mal Ciputra
Seraya, Lotte Mart, dan Metropolitan Trade Center & Giant. Selain
itu beberapa pasar tradisional yang masih berdiri, antara lain Pasar
Bawah, Pasar Raya Senapelan / Pasar Kodim dan Pasar Andil.
Pariwisata
Kota Pekanbaru memiliki beberapa bangunan dengan ciri khas arsitektur
Melayu diantaranya bangunan Balai Adat Melayu Riau yang terletak di
jalan Diponegoro, Bangunan ini terdiri dari dua lantai, di lantai atasnya
terpampang beberapa ungkapan adat dan pasal-pasal Gurindam Dua
Belas karya Raja Ali Haji. Di kiri dan kanan pintu masuk ruangan
utama dapat dibaca pasal 1 - 4, sedangkan pasal 5 – 12 terdapat di bagian
dinding sebelah dalam ruangan utama. Kemudian di jalan Sudirman
terdapat Gedung Taman Budaya Riau, gedung ini berfungsi sebagai tempat
untuk pagelaran berbagai kegiatan budaya dan seni Melayu Riau dan
kegiatan-kegiatan lainnya. Sementara bersebelahan dengan gedung ini terdapat
museum yang bernama Museum Sang Nila Utama yang memiliki berbagai
koleksi benda-benda seni, budaya dan bersejarah propinsi Riau.